Jumat, 30 Mei 2014
Senin, 26 Mei 2014
TINGKATAN HASIL PERUBAHAN PADA DIRI SISWA KARENA PENDIDIKAN MENURUT BENYAMIN BLOOM (TAKSONOMI BLOOM) David Natun
A. Pengantar.
Pada tahun
1956 Benyamin Bloom menyampaikan gagasannya berupa taksonomi tujuan pendidikan
dengan menyajikannya dalam bentuk hirarki. Tujuan penyajian ke dalam bentuk sistem
klasifikasi hirarki ini dimaksudkan untuk mengkategorisasi hasil perubahan pada
diri siswa sebagai hasil buah pembelajaran. Bloom dalam taksonominya, yang
selanjutnya disebut Taksonomi Bloom. Kata taksonomi diambil dari
bahasa Yunani tassein yang berarti untuk mengelompokkan dan nomos yang berarti aturan. Taksonomi dapat diartikan
sebagai pengelompokan suatu hal berdasarkan hierarki (tingkatan) tertentu. Di
mana taksonomi yang lebih tinggi bersifat lebih umum dan taksonomi yang lebih
rendah bersifat lebih spesifik.
Bloom dan Krathwohl menggunakan 4
prinsip-prinsip dasar dalam merumuskan taksonomi, antara lain:
1 . Prinsip metodologi, Perbedaan yang
besar telah merefleksi kepada cara-cara guru dalam mengajar
2 .
Prinsip
psikologis, Taksonomi hendaknya konsisten fenomena kejiwaan yang ada sekarang
3 .
Prinsip
Logis, Taksonomi hendaknya dikembangkan secara logis dan konsisten
4 . Prinsip tujuan
Dalam konteks
pendidikan, Bloom mengungkapkan tiga kawasan (domain)
perilaku individu beserta sub kawasan dari masing-masing kawasan, yakni :
1. Kawasan kognitif
(ranah Kognitif) yang berisi
perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir.
2. Kawasan afektif (ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan
emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri.
3. Kawasan psikomotor
(ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang
menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin.Taksonomi perilaku menurut Bloom ini
(Bloom’s Taxonomy/Learning Taxonomy),
menjadi rujukan penting dalam proses pendidikan, terutama kaitannya dengan
usaha dan hasil pendidikan. Segenap usaha pendidikan seyogyanya diarahkan untuk
terjadinya perubahan perilaku peserta didik secara menyeluruh, dengan mencakup
semua kawasan perilaku.
Beberapa istilah lain yang juga menggambarkan hal
yang sama dengan ketiga domain tersebut di antaranya seperti yang diungkapkan
oleh Ki Hajar
Dewantoro, yaitu: cipta,
rasa, dan karsa. Selain itu, juga dikenal istilah: penalaran, penghayatan, dan
pengamalan. Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan
subkategori yang berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah
laku yang sederhana sampai tingkah laku yang paling kompleks. Tingkah laku
dalam setiap tingkat diasumsikan menyertakan juga tingkah laku dari tingkat
yang lebih rendah, seperti misalnya dalam ranah kognitif, untuk mencapai
“pemahaman” yang berada di tingkatan kedua juga diperlukan “pengetahuan” yang
ada pada tingkatan pertama.
B. Masing – masing
domain/ranah dalam Taksonomi Bloom dan tingkatannya.
Masing – masing domain/ranah memiliki
tingkatan dengan uraian :
1.
Domain
Kognitif Bloom. Tujuan kognitif atau Ranah kognitif adalah ranah yang
mencakup kegiatan mental (otak). Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut
aktifitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Dalam ranah kognitif itu
terdapat enam jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai
jenjang yang tertinggi.yang meliputi 6 tingkatan: Domain ini terdiri dari dua bagian: Bagian
pertama berupa Pengetahuan (kategori 1) dan bagian kedua berupa Kemampuan dan
Keterampilan Intelektual (kategori 2-6).
1.1.Pengetahuan biasanya
disebut C1 (Knowledge) Berisikan
kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan, definisi, fakta-fakta,
gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar, dsb. Sebagai contoh, ketika
diminta menjelaskan manajemen kualitas, orang yg berada di level ini bisa
menguraikan dengan baik definisi dari kualitas,
1.2.Karakteristik produk yang berkualitas,
standar kualitas minimum untuk produk. Mengetahui terminologi (secara khusus) yaitu
berhubungan dengan mengenal atau mengingat kembali istilah atau konsep tertentu
yang dinyatakan dalam bentuk simbol, baik berbentuk verbal maupun non verbal
dan berhubungan dengan mengenal atau mengingat kembali istilah atau konsep
tertentu yang dinyatakan dalam bentuk simbol, baik berbentuk verbal maupun non
verbal.
1.3. Pemahaman
(Comprehension), yang disebut C2. Tingkatan yang paling rendah dalam aspek
kognisi yang berhubungan dengan penguasaan atau mengerti tentang sesuatu. Dalam
tingkatan ini siswa diharapkan mampu memahami ide-ide matematika bila mereka
dapat menggunakan beberapa kaidah yang relevan tanpa perlu menghubungkannya
dengan ide-ide lain dengan segala implikasinya. Pemahaman atau dapat dijuga
disebut dengan istilah mengerti merupakan kegiatan mental intelektual yang
mengorganisasikan materi yang telah diketahui. Temuan-temuan yang didapat dari
mengetahui seperti definisi, informasi, peristiwa, fakta disusun kembali dalam
struktur kognitif yang ada. Temuan-temuan ini diakomodasikan dan kemudian
berasimilasi dengan struktur kognitif yang ada, sehingga membentuk struktur
kognitif baru. Tingkatan dalam pemahaman
meliputi translasi yaitu mengubah simbol tertentu menjadi simbol lain tanpa
perubahan makna. Misalkan simbol dalam bentuk kata-kata diubah menjadi gambar,
bagan atau grafik, interpretasi yaitu menjelaskan makna yang terdapat dalam
simbol, baik dalam bentuk simbol verbal maupun non verbal. Seseorang dapat
dikatakan telah dapat menginterpretasikan tentang suatu konsep atau prinsip
tertentu jika dia telah mampu membedakan, memperbandingkan atau mempertentangkannya
dengan sesuatu yang lain. Contoh sesesorang dapat dikatakan telah mengerti
konsep tentang “motivasi kerja” dan dia telah dapat membedakannya dengan konsep
tentang ”motivasi belajar dan ekstrapolasi yaitu melihat kecenderungan, arah
atau kelanjutan dari suatu temuan. Misalnya, kepada siswa dihadapkan rangkaian
bilangan 2, 3, 5, 7, 11, dengan kemapuan ekstrapolasinya tentu dia akan
mengatakan bilangan ke-6 adalah 13 dan ke-7 adalah 19. Untuk bisa seperti itu,
terlebih dahulu dicari prinsip apa yang bekerja diantara kelima bilangan itu.
Jika ditemukan bahwa kelima bilangan tersebut adalah urutan bilangan prima,
maka kelanjutannnya dapat dinyatakan berdasarkan prinsip tersebut.
1.4. Aplikasi (Application),
disebut C3. Di tingkat ini seseorang memiliki kemampuan untuk
menerapkan gagasan, prosedur, metode, rumus, teori di dalam kondisi kerja.
Sebagai contoh, ketika diberi informasi tentang penyebab meningkatnya reject di
produksi, seseorang yg berada di tingkat aplikasi akan mampu merangkum dan
menggambarkan penyebab turunnya kualitas dalam bentuk fish bone diagram.
Aplikasi adalah Menggunakan pengetahuan untuk memecahkan masalah atau
menerapkan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang dikatakan
menguasai kemampuan ini jika ia dapat memberi contoh, menggunakan,
mengklasifikasikan, memanfaatkan, menyelesaikan dan mengidentifikasi hal-hal
yang sama. Contoh, dulu ketika pertama kali diperkenalkan kereta api kepada
petani di Amerika, mereka berusaha untuk memberi nama yang cocok bagi alat
angkutan tersebut. Satu-satunya alat transportasi yang sudah dikenal pada waktu
itu adalah kuda. Bagi mereka, ingat kuda ingat transportasi. Dengan pemahaman
demikian, maka mereka memberi nama pada kereta api tersebut dengan iron horse
(kuda besi). Hal ini menunjukkan bagaimana mereka menerapkan konsep terhadap
sebuah temuan baru.
1.5.Analisis (Analysis) biasanya disebut
C4. Di tingkat analisis, seseorang akan mampu
menganalisis informasi yang masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan
informasi ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau
hubungannya, dan mampu mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat
dari sebuah skenario yg rumit. Sebagai contoh, di level ini seseorang akan
mampu memilah-milah penyebab meningkatnya reject, membanding-bandingkan tingkat
keparahan dari setiap penyebab, dan menggolongkan setiap penyebab ke dalam
tingkat keparahan yg ditimbulkan. Analisis adalah menentukan
bagian-bagian dari suatu masalah dan menunjukkan hubungan antar-bagian
tersebut, melihat penyebab-penyebab dari suatu peristiwa atau memberi
argumen-argumen yang menyokong suatu pernyataan. Secara rinci Bloom
mengemukakan tiga jenis kemampuan analisis, yaitu analisis unsur yakni kemampuan
melihat asumsi-asumsi yang tidak dinyatakan secara eksplisit pada suatu
pernyataan, membedakan fakta dengan hipotesa, membedakan pernyataan faktual
dengan pernyataan normative, mengidentifikasi motif-motif dan membedakan
mekanisme perilaku antara individu dan kelompok, memisahkan kesimpulan dari
pernyataan-pernyataan yang mendukungnya., analisis hubungan yakni kemampuan untuk melihat secara
komprehensif interrelasi antar ide dengan ide, mengenal unsur-unsur khusus yang
membenarkan suatu pernyataan, mengenal fakta atau asumsi yang esensial yang
mendasari suatu pendapat atau tesis atau argumen-argumen yang mendukungnya,
memastikan konsistensinya hipotesis dengan informasi atau asumsi yang ada,
menganalisis hubungan di antara pernyataan dan argumen guna membedakan mana
pernyataan yang relevan mana yang tidak, mendeteksi hal-hal yang tidak logis di
dalam suatu argument, mengenal hubungan kausal dan unsur-unsur yang penting dan
yang tidak penting di dalam perhitungan historis dan analisis prinsip-prinsip
organisasi yaitu kemampuan untuk menguraikan antara bahan dan alat, mengenal
bentuk dan pola karya seni dalam rangka memahami maknanya, mengetahui maksud
dari pengarang suatu karya tulis, sudut pandang atau ciri berfikirnya dan
perasaan yang dapat diperoleh dalam karyanya, melihat teknik yang digunakan
dalam menyusun suatu materi yang bersifat persuasif seperti advertensi dan
propaganda.
1.6. Sintesis (Synthesis) biasanya disebut C5. Satu tingkat di atas analisis, seseorang di tingkat sintesa akan mampu
menjelaskan struktur atau pola dari sebuah skenario yang sebelumnya tidak
terlihat, dan mampu mengenali data atau informasi yang harus didapat untuk
menghasilkan solusi yang
dibutuhkan. Sebagai contoh, di tingkat ini seorang manajer kualitas mampu
memberikan solusi untuk menurunkan tingkat reject di produksi berdasarkan
pengamatannya terhadap semua penyebab turunnya kualitas produk. Sintesis
merupakan kemampuan menggabungkan, meramu, atau merangkai berbagai informasi
menjadi satu kesimpulan atau menjadi suatu hal yang baru. Kemampuan berfikir
induktif dan konvergen merupakan ciri kemampuan ini. Contoh: memilih nada dan
irama dan kemudian manggabungkannya sehingga menjadi gubahan musik yang baru,
memberi nama yang sesuai bagi suatu temuan baru, menciptakan logo organisasi.
1.7. Evaluasi (Evaluation) biasanya disebut C6. Dikenali dari kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap solusi,
gagasan, metodologi, dan sebagainya dengan menggunakan kriteria yang cocok atau standar yg ada untuk
memastikan nilai efektivitas atau manfaatnya. Sebagai contoh, di tingkat ini
seorang manajer kualitas harus mampu menilai alternatif solusi yg sesuai untuk
dijalankan berdasarkan efektivitas, urgensi, nilai manfaat, nilai ekonomis
dan sebagainya. Evaluasi
merupakan kegiatan mempertimbangkan, menilai dan mengambil keputusan
benar-salah, baik-buruk, atau bermanfaat – tak bermanfaat berdasarkan kriteria-kriteria
tertentu baik kualitatif maupun kuantitatif. Terdapat dua kriteria pembenaran
yang digunakan, yaitu pembenaran berdasarkan kriteria internal; yang dilakukan
dengan memperhatikan konsistensi atau kecermatan susunan secara logis
unsur-unsur yang ada di dalam objek yang diamati dan Pembenaran berdasarkan
kriteria eksternal; yang dilakukan berdasarkan kriteria-kriteria yang bersumber
di luar objek yang diamati., misalnya kesesuaiannya dengan aspirasi umum atau
kecocokannya dengan kebutuhan pemakai.
2. Domain Afektif
2.1. Penerimaan
(Receiving/Attending), Kesediaan untuk menyadari adanya suatu fenomena di lingkungannya. Dalam
pengajaran bentuknya berupa mendapatkan perhatian, mempertahankannya, dan
mengarahkannya. Penerimaan adalah semacam kepekaan dalam menerima
rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah,
situasi, gejala dan lain-lain. Dalam tipe ini termasuk kesadaran, keinginan
untuk menerima stimulus, control dan seleksi gejala atau rangsangan dari luar.
Receiving juga diartikan sebagai kemauan untuk memperhatikan suatu kegiatan
atau suatu objek. Pada jenjang ini peserta didik dibina agar mereka bersedia
menerima nilai-nilai yang diajarkan kepada mereka dan mereka mempunyai kemauan
menggabungkan diri ke dalam nilai itu atau mengidentifikasi diri dengan nilai
itu. Kawasan penerimaan diperinci ke dalam tiga tahap, yaitu : Kesiapan untuk menerima
(awareness),
yaitu adanya kesiapan untuk berinteraksi dengan stimulus (fenomena atau objek
yang akan dipelajari), yang ditandai dengan kehadiran dan usaha untuk memberi
perhatian pada stimulus yang bersangkutan, kemauan untuk menerima
(willingness to receive),
yaitu usaha untuk mengalokasikan perhatian pada stimulus yang bersangkutan dan mengkhususkan perhatian
(controlled or selected attention),
mungkin perhatian itu hanya tertuju pada warna, suara atau kata-kata tertentu
saja.
2.2. Tanggapan
(Responding), Memberikan
reaksi terhadap fenomena yang ada di lingkungannya. Meliputi persetujuan,
kesediaan, dan kepuasan dalam memberikan tanggapan. Responding/ menanggapi
adalah suatu sikap yang menunjukkan adanya partisipasi aktif atau kemampuan
menanggapi, kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mengikutsertakan dirinya
secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya dengan
salah satu cara. Hal ini mencakup ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam
menjawab stimulus dari luar yang datang kepada dirinya. Mengadakan aksi
terhadap stimulus, yang meliputi proses sebagai berikut : Kesiapan menanggapi (acquiescene
of responding). Sebagai contoh : mengajukan pertanyaan, menempelkan gambar dari
tokoh yang disenangi pada tembok kamar yang bersangkutan, atau mentaati
peraturan lalu lintas. Kemauan menanggapi (willingness
to respond), yaitu usaha untuk
melihat hal-hal khusus di dalam bagian yang diperhatikan. Misalnya pada desain
atau warna saja. Kepuasan menanggapi (satisfaction
in response), yaitu adanya aksi atau
kegiatan yang berhubungan dengan usaha untuk memuaskan keinginan mengetahui.
Contoh kegiatan yang tampak dari kepuasan menanggapi ini adalah bertanya,
membuat coretan atau gambar, memotret dari objek yang menjadi pusat
perhatiannya, dan sebagainya
2.3. Penghargaan/penilaian (Valuing),
Berkaitan dengan harga atau
nilai yang diterapkan pada suatu objek, fenomena, atau tingkah laku. Penilaian
berdasar pada internalisasi dari serangkaian nilai tertentu yang diekspresikan
ke dalam tingkah laku. Valuing/ penilaian, menilai atau menghargai
artinya memberikan nilai atau memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan
atau objek, sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan kan memberikan suatu
penyesalan. Dalam kaitannya dengan proses pembelajaran peserta didik tidak
hanya mau menerima nilai yang diajarkan mereka telah berkemampuan untuk menilai
konsep atau fenomena baik atau buruk. Pada
tahap ini sudah mulai timbul proses internalisasi untuk memiliki dan
menghayati nilai dari stimulus yang dihadapi. Penilaian terbagi atas empat
tahap yaitu : Menerima nilai (acceptance of value), yaitu kelanjutan
dari usaha memuaskan diri untuk menanggapi secara lebih intensif, Menyeleksi nilai yang lebih
disenangi (preference
for a value) yang dinyatakan dalam
usaha untuk mencari contoh yang dapat memuaskan perilaku menikmati, misalnya
lukisan yang memiliki yang memuaskan, komitmen yaitu kesetujuan terhadap suatu
nilai dengan alasan-alasan tertentu yang muncul dari rangkaian pengalaman,
komitmen ini dinyatakan dengan rasa senang, kagum, terpesona. Kagum atas
keberanian seseorang, menunjukkan komitmen terhadap nilai keberanian yang
dihargainya.
2.4.
Pengorganisasian
(Organization), Memadukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik di antaranya, dan
membentuk suatu sistem nilai yang konsisten. Organization/ Organisasi
yakni pengembangan dari nilai ke dalam suatu sistem organisasi, termasuk
hubungan suatu nilai dengan nilai yang lain, pemantapan dan prioritas nilai
yang telah dimilikinya. Pada tahap ini yang bersangkutan tidak hanya
menginternalisasi satu nilai tertentu seperti pada tahap komitmen, tetapi mulai
melihat beberapa nilai yang relevan untuk disusun menjadi satu sistem nilai.
Proses ini terjadi dalam dua tahapan, yakni : Konseptualisasi
nilai, yaitu keinginan untuk
menilai hasil karya orang lain, atau menemukan asumsi-asumsi yang mendasari
suatu moral atau kebiasaan dan pengorganisasian
sistem nilai, yaitu menyusun
perangkat nilai dalam suatu sistem berdasarkan tingkat preferensinya. Dalam
sistem nilai ini yang bersangkutan menempatkan nilai yang paling disukai pada
tingkat yang amat penting, menyusul kemudian nilai yang dirasakan agak penting,
dan seterusnya menurut urutan kepentingan.atau kesenangan dari diri yang
bersangkutanYang termasuk kedalam organisasi ialah konsep tentang nilai,
organisasi sistem nilai dan lain-lain.
2.5. Karakterisasi
Berdasarkan Nilai-nilai (Characterization by a Value or Value Complex),
Memiliki sistem nilai yang
mengendalikan tingkah-lakunya sehingga menjadi karakteristik gaya-hidupnya.
Characterization by a value or value complex/ karakteristik nilai atau
internalisasi nilai adalah keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki
seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Proses
internalisasi nilai telah menempati tempat tertinggi dalam hierarki nilai.
Karakterisasi merupakan kemampuan untuk menghayati atau mempribadikan sistem
nilai. Kalau pada tahap pengorganisasian di atas sistem nilai sudah dapat
disusun, maka susunan itu belum konsisten di dalam diri yang bersangkutan,
artinya mudah berubah-ubah sesuai situasi yang dihadapi. Pada tahap
karakterisasi, sistem itu selalu konsisten. Proses ini terdiri atas dua tahap,
yaitu : Generalisasi, yaitu kemampuan untuk melihat suatu
masalah dari suatu sudut pandang tertentu dan Karakterisasi,
yaitu mengembangkan pandangan hidup tertentu yang memberi corak tersendiri pada
kepribadian diri yang bersangkutan
3. Domain Psikomotor
Domain/Ranah Psikomotor adalah ranah yang berkaitan
dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima
pengalaman belajar tertentu. Kawasan psikomotor adalah kawasan yang berorientasi
kepada ketrampilan motorik yang berhubungan dengan anggota tubuh, atau tindakan
(action) yang memerlukan koordinasi
antara syaraf dan otot. Beberapa ahli yang menjelaskan cara menilai hasil belajar
psikomotor. Diantaranya Ryan
(1980) menjelaskan bahwa hasil belajar keterampilan dapat diukur
melalui, pengamatan langsung
dan penilaian tingkah laku peserta didik selama proses pembelajaran praktik
berlangsung, sesudah mengikuti pembelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes
kepada peserta didik untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap,
beberapa waktu sesudah pembelajaran selesai
dan kelak dalam lingkungan kerjanya. Sementara itu Leighbody (1968) berpendapat
bahwa penilaian hasil belajar psikomotor mencakup:
kemampuan menggunakan alat dan sikap kerja,
kemampuan menganalisis suatu pekerjaan dan
menyusun urut-urutan pengerjaan, kecepatan mengerjakan tugas,
kemampuan membaca gambar dan atau simbol,
keserasian bentuk dengan yang diharapkan dan
atau ukuran yang telah ditentukan. Dari penjelasan di atas dapat dirangkum bahwa
dalam penilaian hasil belajar psikomotor atau keterampilan harus mencakup
persiapan, proses, dan produk. Penilaian dapat dilakukan pada saat proses
berlangsung yaitu pada waktu peserta didik melakukan praktik, atau sesudah
proses berlangsung dengan cara mengetes peserta didik.
Penilaian psikomotorik dapat dilakukan dengan
menggunakan observasi atau pengamatan. Observasi sebagai alat penilaian banyak
digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu
kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam
situasi buatan. Dengan kata lain, observasi dapat mengukur atau menilai hasil
dan proses belajar atau psikomotorik. Misalnya tingkah laku peserta didik
ketika praktik, kegiatan diskusi peserta didik, partisipasi peserta didik dalam
simulasi, dan penggunaan alins ketika belajar. Observasi dilakukan pada saat proses kegiatan
itu berlangsung. Pengamat terlebih dahulu harus menetapkan kisi-kisi tingkah
laku apa yang hendak diobservasinya, lalu dibuat pedoman agar memudahkan dalam
pengisian observasi. Pengisian hasil observasi dalam pedoman yang dibuat
sebenarnya bisa diisi secara bebas dalam bentuk uraian mengenai tingkah laku
yang tampak untuk diobservasi, bisa pula dalam bentuk memberi tanda cek (√)
pada kolom jawaban hasil observasi. Rincian
dalam domain ini tidak dibuat oleh Bloom, tapi oleh ahli lain berdasarkan
domain yang dibuat Bloom.
3.1. Persepsi (Perception), Penggunaan alat indera untuk menjadi pegangan dalam membantu gerakan.
3.2. Kesiapan (Set), Kesiapan fisik, mental, dan emosional untuk melakukan gerakan.
3.3. Guided Response (Respon Terpimpin), Tahap awal dalam mempelajari keterampilan yang kompleks, termasuk di dalamnya imitasi dan gerakan coba-coba.
3.4. Mekanisme (Mechanism), Membiasakan gerakan-gerakan yang telah dipelajari sehingga tampil dengan meyakinkan dan cakap.
3.5. Respon Tampak yang Kompleks (Complex Overt Response), Gerakan motoris yang terampil yang di dalamnya terdiri dari pola-pola gerakan yang kompleks.
3.6. Penyesuaian (Adaptation), Keterampilan yang sudah berkembang sehingga dapat disesuaikan dalam berbagai situasi.
3.7. Penciptaan (Origination), Membuat pola gerakan baru yang disesuaikan dengan situasi, kondisi atau permasalahan tertentu.
C. Penutup.
Sebagai calon guru kita diharapkan mampu
membuat peserta didik yang kita ajar menjadi manusia yang berguna baik untuk
dirinya sendiri maupun orang lain. Maka kita perlu menerapkan suatu
ancang-ancang untuk belajar.
Taksonomi membantu guru memetakan dengan baik
keseluruhan proses belajar mengajarnya sehingga kelak apa yang menjadi tujuan
pendidikan dapat tercapai. Taksonomi adalah pengelompokan suatu hal berdasarkan
tingkatan tertentu. Pengklasifikasian sistem pembelajaran ini pertama kali
dirumuskan oleh Benyamin S. Bloom dan Krathwool
dengan teman – temannya karna pengevaluasi pembelajaran dulu menurut
mereka itu masih belum efektif yakni sistem hafalan. Karena menurut Bloom dan
kawan-kawan masih ada sistem pembelajaran yang lebih efektif sehingga
terbentuknya taksonomi pendidikan. Taksonomi tersebut kemudian kita kenal
dengan sebutan taksonomi Bloom dengan tiga ranahnya/domain/tingkatan yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah
psikomotor.
Kawasan kognitif membahas tentang perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, kawasan afektif membahas tentang kondisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosional sedangkan kawasan psikomotor membahas tentang perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik.
Kawasan kognitif membahas tentang perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, kawasan afektif membahas tentang kondisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosional sedangkan kawasan psikomotor membahas tentang perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik.
Daftar Pustaka
http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloom
Langganan:
Postingan (Atom)